Jakarta - Layanan digital seperti OTT streaming video tidak dimungkiri kian populer. Kepopuleran layanan OTT streaming video ini turut disertai dengan perubahan kebiasaan konsumen.

Menurut Head of Demand Facilitation Magnite Asia, Priyanka Bajaj, layanan streaming OTT telah sepenuhnya mengubah kebiasaan konsumen saat ini. Hal itu terjadi karena layanan OTT memberikan kebebasan bagi konsumen untuk memilih konten yang mereka tonton.

"Gaya konsumsi konten kini telah berubah. Namun, bukan berarti industri penyiaran ketinggalan, karena mereka kini juga merilis layanan streaming-nya masing-masing," tutur Priyanka dalam diskusi Modern Marketing Talk yang digelar MMA Indonesia, Senin (3/7/2023).

Hal ini jelas membuka potensi bagi para pengiklan untuk berinteraksi dengan para konsumen. Sebab, berdasarkan studi yang dilakukan Magnite, lebih dari 50 persen responden di Indonesia yang mendapatkan akses internet terbiasa menikmati konten streaming video.

Bahkan, menurut Priyanka, waktu yang dihabiskan untuk menonton video bagi dari OTT atau CTV (Connected TV) sekitar 20 jam per minggu. Peningkatan ini ternyata juga berdampak pada ad-receptive konsumen Indonesia.

Magnite mencatat, layanan streaming OTT atau CTV ternyata menghasilkan lebih banyak post-ad action yang mencapai 79 persen. Jumlah ini lebih tinggi dari layanan lain seperti game, streaming musik, hingga konten digital.

Di samping itu, berdasarkan penuturan Deputy Country Manager VIU PCCW Media Aviji Dutta, konsumen di Indonesia memang lebih ramah terhadap iklan yang ditampilkan di layanan OTT.

"Sejumlah variabel data memperkirakan ada sekitar 50 juta konsumen Indonesia yang menonton konten OTT dengan konten. Ini tentu bukan jumlah yang kecil, terutama dilihat dalam hal reach," tuturnya.

Kepopuleran konten video juga diamini oleh Telkomsel sebagai salah satu operator seluler di Indonesia. Vice President of Digital Advertising & Financial Services Telkomsel Arief Pradetya menuturkan, video masih penyumbang konsumsi data terbesar dari pelanggannya.

Menurut Arief, kontribusi konsumsi data Telkomsel dari akses video bahkan melampaui media sosial. Hal ini menujukkan konten video masih menjadi favorit dari para pelanggan.

Selain membahas soal potensi iklan di era pertumbuhan OTT streaming video, MMA Modern Marketing Talk juga membahas soal komunikasi bisnis 1-on-1 dengan konsumen. 

Komunikasi bisnis dengan konsumen harus diakui merupakan salah satu faktor penting untuk mendorong penjualan. Namun, di era digital dengan kemudahan komunikasi seperti sekarang, komunikasi bisnis ternyata menawarkan lebih dari itu.

Kehadiran sejumlah channel komunikasi dua arah harus diakui telah mengubah komunikasi antara brand dengan konsumen. Komunikasi kini tidak lagi soal pemasaran, tapi juga membangun awareness sekaligus menawarkan opsi personalisasi untuk masing-masing konsumen.

"Komunikasi dengan konsumen sudah ada sejak dulu, tapi dengan adanya teknologi yang ada sekarang, memudahkan konsumen melakukannya dengan personalisasi," tutur Digital Marketing & Commerce Hub Lead for Nutrition SEA Unilever Dinoy Alamsyah dalam event Modern Marketing Talk 2023 yang digelar MMA di Jakarta, Senin (3/7/2023).

Oleh sebab itu, Dinoy menuturkan, dalam komunikasi yang dilakukan dengan konsumen secara langsung, brand juga perlu menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh konsumen. Tidak hanya percakapan yang berujung pada pembelian.

Ia mencontohkan, melalui percakapan langsung, konsumen kerap memanfaatkannya untuk menanyakan berbagai macam hal terkait produk yang ditawarkan brand. Karenanya, brand juga harus bisa menjawab pertanyaan tersebut, meski mungkin tidak selalu berarti ada penjualan.

Meskipun ia mengakui, hal ini memang tergantung dari produk yang ditawarkan. Sebagai contoh, untuk produk fesyen sangat wajar apabila konsumen menanyakan soal ketersediaan maupun ukuran, dan bukan tidak mungkin akan diakhiri pembelian.

Namun untuk produk lain, seperti makanan, tidak jarang konsumen menanyakan hal lain seperti kandungan bahan-bahan yang ada di dalamnya. "Ini juga merupakan bagian dari percakapan dengan konsumen," tuturnya.

Selain itu, menurut Head of Industry Meta Indonesia, Aldo Rambie, komunikasi bisnis yang penting dilakukan dengan konsumen adalah soal relevansi. Maksudnya, sejauh mana komunikasi dilakukan benar-benar relevan dengan kebutuhan konsumen.

Ia menuturkan, percakapan dengan konsumen memang menjalin engagement sekaligus meningkatkan pengalaman personalisasi. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan langkah praktis yang berujung pada transaksi, komunikasi tersebut juga harus relevan dengan konsumen.

Lebih lanjut Aldo menuturkan, komunikasi bisnis dengan konsumen merupakan sebuah perjalanan. Karenanya, brand harus bisa memikirkan alur komunikasi yang dibangun sesuai dengan bisnis yang dijalankan.

"Brand harus menentukan cara mereka dengan konsumen, tapi yang perlu diingat mereka tetap perlu membuat alur percakapan yang sederhana, bebas friksi, dan tentu disesuaikan dengan bidang atau produk yang ditawarkan," tuturnya.

Terakhir, baik Dinoy dan Aldo menuturkan, percakapan bisnis yang dilakukan dengan konsumen harus tetap mematuhi aturan soal privasi data. Ini merupakan salah satu faktor penting yang perlu dijaga oleh brand. Red dari berbagai sumber

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.