Padang - Lembaga penyiaran banyak menayangkan hal-hal janggal dalam adat Minangkabau. Namun kejanggalan tersebut belum dapat dikritisi masyarakat. Karenanya kehadiran Forum Masyarakat Peduli Penyiaran (FMPP) di Sumatera Barat yang digagas oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) diharapkan dapat menjembatani kepentingan masyarakat agar nilai-nilai adat tetap terjaga di televisi dan radio. Hal itu disampaikan Sayuti Dt Rajo Penghulu, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) dalam acara pembentukan FMPP yang diselenggarakan KPI Pusat dan KPI Daerah Sumatera Barat (22/5).

Sayuti menyampaikan bahwa dalam masyarakat Minangkabau dikenal beberapa perbuatan yang dianggap janggal, atau disebut sumbang. Hal itu diantaranya sumbang duduak, sumbang tagak, sumbang diam, sumbang perjalanan, sumbang pekerjaan, sumbang tanyo, sumbang jawab, sumbang kurenah, sumbang pakaian, dan sumbang pergaulan. “Salah satu perilaku sumbang yang sering tampil di televisi adalah pekerjaan koki yang dilakukan oleh kaum laki-laki”, ujar Sayuti.

Dalam adat minang, pekerjaan memasak adalah hak istimewa yang diberikan kepada perempuan. Sehingga jadi terasa sumbang, kalau laki-laki tampil memasak di televisi ataupun sebagai koki, tambahnya.
Selain itu, Sayuti juga mengingatkan bahwa Sumatera Barat tengah menggagas menjadi provinsi yang menjunjung Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah (ABSSBK). Dirinya berharap pengelola televisi dan radio dapat menyesuaikan muatannya dengan nilai-nilai adat dan syara tersebut.

Hal-hal sumbang yang kerap kali ditampilkan di televisi itu, menurut Sayuti, sedikit banyak berpengaruh pula dengan perilaku masyarakat sehari-hari.  Sumbang pergaulan dan sumbang pakaian misalnya, tukas Sayuti. Karena di televisi sering muncul pergaulan pria dan perempuan yang sumbang, maka sedikit demi sedikit berpotensi mengikis nilai-nilai tersebut di tengah masyarakat. Apa yang dirasa sumbang oleh adat, karena sering kali dimunculkan di penyiaran maka menjadi hal yang biasa.

Dia pun berharap isi penyiaran lebih banyak memberikan motivasi pada generasi mudah untuk berlaku positif. “Kisah perjalanan sukses tokoh-tokoh negeri ini banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat”, ujarnya.
Untuk itu, Sayuti sangat antusias dengan pembentukan FMPP di Sumatera Barat ini. Dirinya berharap, masyarakat Minangkabau diberikan akses untuk dapat memberikan masukan dan kritisi terhadap muatan siaran. Sehingga selain muatan siaran itu sejalan dengan  kearifan lokal sebagaimana yang ada dalam ABSSBK, juga memberikan manfaat optimal bagi pembangunan karakter masyarakat yang kuat.

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.