Jimbaran -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga yang mewakili masyarakat dalam dunia penyiaran terus gencar melakukan literasi ke masyarakat dalam bentuk Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP). Kali ini, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Bali berkesempatan menjadi tuan rumah dalam helatan tersebut. 

Bertindak sebagai narasumber yakni I Made Sunarsa, Tulus Santoso dan Ni Made Ras Amanda Gelgel. Materi literasi difokuskan menguatkan peran masyarakat sebagai penentu arah industri televisi saat ini. Belum lagi perkembangan media baru dengan banyak pilihan yang dikhawatirkan membuat masyarakat meninggalkan TV dan radio. Padahal media ini merupakan sumber informasi yang diawasi dengan ketat sehingga sangat minim hoaks atau disinformasi.

“Pendengar radio semakin hari semakin turun. Dibalik itu, pengguna media sosial terus naik tiap tahun. Harusnya ini menjadi perhatian bagi kita semua,” jelas Tulus saat menyampaikan keperihatinannya akan media TV dan radio yang mulai ditinggalkan.

Fenomena ini menunjukkan kecenderungan masyarakat yang lebih menggandrungi media sosial daripada TV atau radio. Ditambah lagi terbentuk pendapat tentang isi kontennya yang tidak berkualitas, jenis acara yang monoton, hingga sudah merasa tidak mendapat manfaat dari media ini. Karena itu, semangat untuk melihat TV dan mendengar radio perlu ditumbuhkan lagi. 

“Jadi kalau ingin informasi yang baik, hiburannya yang sehat, edukasinya ada, nonton aja siaran TV. Saya kira ini harus menjadi semangat kita bersama,” jelas Made Sunarsa.

Literasi merupakan aspek penting yang menjadi bekal masyarakat dalam menerima informasi. Terlebih pola penyiaran TV dan radio saat ini adalah menampilkan fenomena yang viral di media sosial. Pikiran kritis dalam literasi yang harus dikuatkan untuk menekan hal-hal buruk yang justru viral dan kemudian tayang di TV atau radio.

“Kita bicara literasi kita bicara tentang kritis, jadi kalau nonton kita tidak boleh menerima informasi begitu saja.” Jelas Ni Made, Akademisi Universitas Udayana (Unud).

Tumbuhnya sikap kritis masyarakat dibarengi minat menonton TV atau mendengar radio mestinya jadi kunci berbenahnya industri penyiaran. Tingkat literasi dan perhatian masyarakat terhadap TV maupun radio akan sangat membantu KPI dalam mengawasi dan menyanksi program siaran yang bandel.

“Saya kira KPI Pusat dan KPI Daerah yang jumlahnya puluhan tidak cukup untuk mengawasi siaran yang jumlahnya beribu-ribu jam. Gerakan ini (GLSP) mengajak masyarakat untuk aktif. Saat ini, KPI sudah berusaha tegas pada lembaga penyiaran dengan P3SPS dan lainnya. Saya kira KPI selain mengawasi pemberi pesan (lembaga penyiaran), namun juga (penerima pesan) masyarakat untuk cerdas dalam memilih program siaran,” harap akademisi Unud tersebut sebagai closing statement. Abidatu Lintang

 

 

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.